Himpunan
Mahasiswa Islam lahir 14 Rabiul Awal 1366 Hijriah, bertepatan dengan 5 Februari
1947, yang berarti berusia ke-67 tahun dalam hitungan Masehi dan ke-69 tahun
dalam hitungan Hijriah, HMI didirikan di jogjakarta.
Selayaknya
organisasi yang berumur tua, Himpunan Mahasiswa Islam, tentunya telah mengecap
berbagai pengalaman dalam perjalanan panjang melewati fase zaman dalam
fase-fase sejarah bangsa indonesia, sejak zaman kemerdekan masih berumur ‘belita’ hingga dua
dekade pasca reformasi ini.
Organisasi
yang didirikan ayahnda Lafran Pane dan kawan-kawannya ini, menarik
banyak pihak untuk ditelaah sebagai salah satu organisai mahasiswa
ekstra universitas berbasis islam. Bagaimana tidak, peran dan kontribusinya
pada umat dan bangsa yang terentang panjang dari Sabang hingga Marauke, maka
menjadi wajar, bila sengkarut bangsa ini adalah cermin bagi sengkarut ditubuh
HMI ataupun sebaliknya.
Dari
fitrahya, awal berdiri organisasi ini, harapan dari seorang Lafran Pane
yang bukan terlahir dari tradisi pasantren dan keluarga kiyai. beliau
mengingginkan oraganisai ini sebagai tempat ataupun wadah mahasiswaa islam untuk mengetahui ajaran
islam secara utuh, dengan tekat beliau yang sangatlah kuat, beliau juga mengimpikan bahwa
HMI akan menciptakan cendikia yang ulama, dan ulama yang cendikia.
Begitu juga dikata oleh manta ketum PB-HMI
1963-1966 dr. Sulastomo,
“ mensinyalir bahwa HMI didirikan untuk belajar soal islam,
pada masa awal daya tarik mahasiswa dari perguruan tinggi untuk masuk HMI pada
umumnya ingin belajar tentang islam.”
Tetapi
hari ini berbanding terbalik dari apa yang diingin oleh faunding fathers HMI.
HMI sudah bergeser dari khittahnya sebagai organisasi yang berazazkan islam.
Suasana keislam yang dulunya kental,
sekarang seakan pudar perlahan-lahan hilang begitu saja, dan juga kader-kader semakin
terlena dan lengket dengan pusaran kekuasaan serta politik praktis. Bukankah
kanda Agus Salim Sitompul telah lama mengingatkan kita tentang
indikator-indikator kemunduran HMI, bukunya telah banyak dibaca oleh kader,
lantas mengapa seolah kita tak belajar dari peringatan dini tersebut...???
Tak
ada salahnya pikiran putus asa itu pun muncul dibenak pikiran, boleh saja
mereka yang tetap bertahan dan mencintai HMI hingga ke sumsum tulangnya yang
telah mengkhianati ideologi HMI, mereka yang berada dalam jamannya terkadang
lupa membaca sejarah, lalu merentas sendiri arah organisasi menurut prasangkaan
dan kepentingannya masing-masing. Dan gugatan pun muncul bahkan seruan dengan
nada yang putus asa meminta HMI dibubarkan saja!
Nilai-nilai
keislam dan tradisi keintelektual ditinggal begitu saja oleh kader, lantas
mengapa??? Kerena mementingkan kepentingan sesaat, organisasi seolah-olah
menjadi alat untuk merebut kekuasaan dan kepentigan politik menjadi mainstream
( Arus Utama ) didiri kader.
Dengan
umurnya yg sudah semakin tua dan telah melahirkan berbagai rentetan generasi,
untuk itu marilah kita kembali menguatkan ideologi organisasi ini yang telah
tersebar dalam Nilai Dasar Perjuangan ( NDP ) dan juga pada tafsir tujuan HMI.
“ Iman, Ilmu, dan Amal “ karena dilihat pada zamannya sekarang, ideologi ini sudah mulai mendakal dari diri
kader. Sebelum terlambat, mari kita sama-sama merenungkan, merobah
perlahan-lahan, baik dari segi perekrutan kader dengan mementikan kualitas
bukan kuantitas dan hal lain yang dianggap perlu.
Semoga
apa-apa saja yang kita lakukan dihimpunan ini semata-mata karena Allah Swt dan
untuk HMI. Amin...
Salam
Hijau Hitam,
“ Yakin Usaha Sampai
”
OLEH : RANDA PRATAMA
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !