BERITA TERKINI :

Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Kerinci


Home » » "MENCARI WAKIL TUHAN ATAU WAKIL SETAN"

"MENCARI WAKIL TUHAN ATAU WAKIL SETAN"

Written By Unknown on Jumat, 20 Desember 2013 | 18.56

 Oleh : SAIFUL ROSWANDI ( Mantan Ketum HMI Cabang Kerinci )

Dalam surah al-baqarah ayat 31 dipertegaskan Tuhan "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi". Meski mendapat protes dari malaikat namun Tuhan mampu meyakinkan bahwa manusia lebih pantas mengurus dan memakmurkan bumi.  Salah satu cara Tuhan meyakinkan malaikat dengan melakukan uji kelayakan (feet and propertest) antara manusia versus malaikat.
Lalu Tuhan hadirkan kedua makhluk ciptaan itu untuk diuji. Disaat ditanyakan kepada malaikat tentang pengetahuan mereka soal bumi, malaikat menjawab "tidak satupun yang kami tahu, kecuali apa yang Engkau ajarkan kepada kami".
Lalu Tuhan meminta Adam untuk menyampaikan pengetahuannya tentang bumi, sembari menegaskan agar Adam menyebutkan nama-nama (pengetahuannya) tentang bumi sebagaimana yang telah Tuhan ajarkan. Dengan penuh keyakinan Adam sampaikan satu persatu pengetahuannya. Mendengar jawaban dari Adam, malaikat langsung menyerah dan mengakui bahwa Adam-lah makhluk Tuhan yang pantas tinggal di bumi.
Sejak itulah Adam mendapat "lisensi" untuk mendiami bumi.  Sebelum Adam menghuni bumi, terlebih dahulu "dititipkan" di syurga. Hal itu dilakukan Tuhan agar Adam bisa mentransformasikan "bentuk" syurga kebumi yang akan dihuninya.
Selama Adam berada di syurga dia diberi kebebasan untuk menikmati indahnya Syurga. Namun sayang Adam sempat lengah dan tergoda oleh setan sehingga melanggar aturan main di syurga (setan membujuk Adam untuk memakan buah qoldi). Sejak itulah Adam diturunkan dari syurga dan hidup di alam ciptaan Tuhan (bumi).
Dari ilustrasi Adam diatas, dapat disimpulkan, bahwa seorang khalifah (wakil Tuhan di Bumi-Pemimpin) yang akan menghuni bumi adalah mereka yang benar-benar memiliki pengetahun yang cukup. Dan pengetahuan itu tidak sekedar pengakuan dari diri sendiri, namun ada pihak lain yang mengakuinya setelah melalui  uji kelayakan (Feet and propertest). Tanpa pengetahuan, jangan pernah berharap bahwa bumi  akan makmur diusur manusia selaku khalifah.
Untuk itulah, dalam kaitannya dengan demokrasi di Indonesia, kemakmuran dan kesejahteraan rakyat sudah sangat sulit didapatkan. Hal itu disebabkan, mereka yang dipilih menjadi pemimpin (baik di DPR dan di birokrasi) tidak memiliki pengetahun yang cukup untuk mengurus bumi. Sebagian besar dari mereka sibuk mengurus diri sendiri. Bahkan, ketamakkan dan kerakusan  harta para politisi di parlemen semakin merajalela (bersifat koruptif).
Kondisi itu juga dibenarkan oleh wakil ketua KPK, Adnan Pandu Praja pada saat malam penganugerahan bagi pemenang Festival Film Antikorupsi (Anti-Coruption Film Festival-ACFFest) 2013 di XXI Epicentrum, Jakarta, Sabtu (14/12/2013). Dia menyebutkan, “khusus Indonesia empat tahun berturut-turut rangking teratas korupsi adalah DPR, Negara Lain tidak ada”.
Fakta itu sangat mengecewakan rakyat Indonesia. Kenapa tidak? Semua anggota Dewan yang duduk di Parlemen bukanlah jabatan yang turun dari langit. Semuanya tanpa terkecuali  dipilih langsung oleh rakyat. Namun kerja  para wakil rakyat bukannya  menggurus rakyat yang telah memilihny. Bahkan ‘harta rakyat’ dalam bentuk  APBN dan APBD ‘dicuri’ untuk keuntungan pribadi, kelompok dan golongan.
Begitupun para kepala daerah. Dari data Kementerian Dalam Negeri mencatat sebanyak 309 kepala daerah di tanah air terjerat kasus korupsi sejak pemilihan kepala daerah secara langsung 2005, baik itu sebagai tersangka, terdakwa maupun terpidana ( 18 okt 2013). 
 Anggota dewan dan kepala daerah  sesuka hati mengambil uang rakyat (korupsi), bahkan mencapai miliyaran rupiah hingga triliunan rupiah. Sifat tersebut merupakan manifestasi dari sifat  ‘setan’. Sebagaimana diketahui,  setan memiliki sifat yang selalu merugikan orang lain. Setan  bertindak untuk menjerumuskan manusia kelembah dosa dan berlaku  tidak adil.  Semua anggota dewan dan kepala daerah  yang  diyakini hakim bersalah dan terbukti korupsi oleh pengadilan, tidak lain merupakan ‘wakil setan’ yang kebetulan duduk di parlemen maupun di birokrasi.
Dari fakta tersebut, apalagi yang bisa diharapkan dari mereka yang tidak memiliki rasa tanggungjawab terhadap rakyat yang telah memilihnya. Untuk itulah, kita sebagai rakyat kembali memposisikan diri sebagai penentu kepemimpinan kedepan diera pemilihan langsung. Rakyat harus jeli siapa  yang akan dipilih. Apakah mereka yang dipilih memiliki jiwa kepemimpinan (Khalifah) dan integritas yang kuat atau tidak?. Rakyatlah yang bisa men-sortir-semua calon yang  maju baik  di legislatif maupun eksekutif.
Jika rakyat juga ‘ikut-ikutan’ berlaku seperti ‘sifat setan’ memilih karena menerima uang (suap), memilih karena dibujuk  materi, memilih karena sesuatu selain dari ridho Tuhan, berarti setali tiga uang-lah rakyat selaku pemilih dengan yang dipilihnya. “Tuhan tidak akan merubah nasib suatu kaum, kecuali mereka sendiri yang akan merubahnya” (QS 13:11).
Diawali dengan gagasan atau fikiran. Tanamlah gagasan, petiklah tindakan. Tanamlah tindakan, petiklah kebiasaan. Tanamlah kebiasaan petiklah watak. Tanamlah watak, petiklah nasib. Dimulai dari gagasan yang diwujudkan dalam tindakan, kemudian tindakan yang dilakukan berulang-ulang akan menjadi suatu kebiasaan. Kebiasaan yang dilakukan berkali-kali akan menjelma menjadi watak dan watak inilah yang akhirnya mengantarkan kita kepada nasib. Jadi nasib kita, kita sendirilah yang menentukan. Nasib kita ada ditangan kita (Samuel smiles-penulis dan tokoh reformasi skotlandia).
Jika hari ini ketidakmakmuran dan ketidaksejahteraan tidak didapatkan,  tentu tidak terlepas dari cara fikir kita, cara tindak kita dan kebiasaan kita yang menjadi watak pada saat pemilihan pemimpin (caleg dan kepala daerah) diwaktu pemilu lalu.  Memilih pemimpin karena imbalan materi. Atau dugaan saya sudah menjadi watak, jika memilih mesti mendapat imbalan uang. Jika kebiasaan itu terus saja dilestarikan,  jangan salahkan siapapun, jika kemakmuran di bumi dan kesejahteraan  rayat tidak pernah tercapai. Salahkan diri sendiri yang memilih pemimpin karena materi. Sehingga ‘sakitnya’ hidup baru dirasakan setelah para wakil rakyat menjelma menjadi ‘wakil setan’.
Untuk itu, pada pemilu 9 april 2014, semua kita yang memiliki hak politik (hak suara), jangan lagi menggunakan hak suara tanpa melihat secara jeli siapa yang akan mewakili kita di parlemen. Lihat latar belakang mereka, pernahkan mereka (caleg) berkorban untuk rakyat, berjuang bersama rakyat, menyuarakan kepentingan rakyat, peduli kondisi rakyat. Jika tidak satupun yang mereka (caleg) lakukan, maka belum pantas mereka mewakili kita di parlemen. Memilih tidaklah melihat rupa (kaya atau miskin), tidaklah melihat pangkat dan kedudukan, tapi lihatlah perjuanganya selamanya ini. Karena seorang khalifah tidak pernah berhenti berjuang  bersama rakyat untuk memakmurkan bumi.

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Entri Populer

 
Support : Creating Website | LAPMI HMI Kerinci
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2013. HMI Cabang Kerinci - All Rights Reserved
Published by Insan Cita