BERITA TERKINI :

Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Kerinci


Home » » HMI dan Perguruan Tinggi

HMI dan Perguruan Tinggi

Written By Unknown on Minggu, 11 Januari 2015 | 21.17

 
HMI sebagai kategori akademis-sosiologis sesungguhnya mencakup mahasiswa muslim Indonesia yang mencintai ilmu pengetahuan, bernafaskan Islam, dan tanggung jawab keumatan dan kebangsaan, sebagai mana tersurat dalam pasal 4 AD HMI. Oleh karena itu, sikap kader HMI mesti inklusif, koperatif, dan supportif terhadap organisasi kemahasiswaan yang lain. Bersaing dalam merekrut anggota itu adalah hal yang biasa dalam mengembangkan organisasi. Tetapi, dalam konteks Gerakan, mitra tradisional terdekat kita adalah PMII dan IMM, dan setelah reformasi muncul KAMMI dengan semangat spiritualnya.
Secara formal PT memberikan status kemahasiswaan dan khazanah keilmuan, namun dalam hal pengembangan diri, kita menemukan tempat dilingkungan HMI. Teori dan praktek kepemimpinan, keterampilan komunikasi lisan maupun tulisan kita dapatkan dan ciptakan lewat forum HMI. Yang juga paling kita rasakan adalah terbentuknya peluang untuk menjalin relasi dengan aktivis mahasiswa di luar STAIN Kerinci dan tokoh-tokoh nasional maupun daerah.
HMI dikenal memiliki tradisi pengembangan intelektual yang kuat, prestasi ini mesti dipertahankan. Aktivisme dan intelektualisme dijaga keseimbangannya sehingga ketika merintis karir tidak hanya mengandalkan perkoncoan sesama warga Himpunan, melainkan lebih menyandarkan diri pada kualitas pribadi. Hal ini sangat sering terjadi di diri kita selaku warga himpunan dan penting untuk digarisbawahi mengingat salah satu penyebab merebaknya korupsi dan busuknya birokrasi kepartaian maupun pemerintahan diakibatkan oleh kolusi yang berakar pada perkoncoan sealmamater, seangkatan maupun seorganisasi.
Berdasarkan pengalaman pengamatan saya pada kalangan profesionalisme dan eksekutif, persaingan karir semakin tajam dan membutuhkan skill tinggi. Ikatan mereka tidak cukup mengandalkan teman sesama almamater ataupun organisasi kemahasiswaan. Apalagi akhir 2015 kita memasuki era pasar bebas ASEAN, tentunya persaingan membutuhkan profesionalisme dan skill yang tinggi.
Jadi, peta dan jejaring sosial kemahasiswaan hari ini sudah mengalami perubahan dan perkembangan signifikan. Bahkan yang berhak menyandang predikat sebagai mahasiswa tidak lagi didominasi oleh mahasiswa strata satu, tetapi juga ada strata dua dan tiga, dengan problem dan kualitas akademik yang berbeda. Gerakan mahasiswa yang dulu menggunakan senjata pamungkasnya berupa demonstrasi massal di jalan raya, sekarang tidak lagi populer. Forum media publik, terutama televisi dan surat kabar, dianggap media paling efektif untuk menyampaikan kritik karena akan didengar oleh masyarakat luas dan juga oleh pemerintah. Berdasarkan obrolan sepintas yang sering saya dengar dari masyarakat, beramai-ramai turun kejaran raya hanya akan mengundang sinisme masyrakat dan pengguna jalan. Dan yang lebih miris lagi kita dianggap dimanfaatkan oleh kepenting-kepentingan yang sifatnya pribadi.
Sebagai Perguruan Tinggi Negeri, berdasarkan pengamatan saya, STAIN Kerinci termasuk Perguruan Tinggi Negeri yang diminati oleh calon mahasiswa baru. Tentu ini sebuah prestasi dan sekaligus tantangan untuk memenuhi harapan masyarakat. Dalam kaitan ini para aktivis mahasiswa mestinya memberikan contoh, baik dalam intelektual, moral maupun kepemimpinan. HMI, PMII, IMM, dan KAMMI haruslah lebih terpanggil untuk membantu para anggotanya agar menjadi sarjana yang berkualitas untuk menjunjung tinggi nama baik almamaternya. Kampus merupakan civitas academica, bukan civitas politca. Mahasiswa belajar politik bukan untuk kepentingan politik jangka pendek, tetapi sebagai bagian dari kajian akademik, moral dan proses pembentukan pribadi.
Organisasi Kemahasiswaan di kampus STAIN Kerinci saat ini masih terasa kental imbas psikologis euphoria demokrasi yang bergulir setelah turunnya presiden soeharto. Bermunculanlah Partai Mahasiswa dengan jabatan Presiden serta Menteri, layaknya sebuah negara. Suasana bising dan manuver politik praktis di luar telah merembes ke kampus, termasuk  manuver radikalisme-terorisme. Semua ini tidak sehat dan mesti difilter dan ditertibkan. Mahasiswa perlu belajar demokrasi secara sehat dan konseptual, bukan perpanjangan emosional dan pragmatis dari kekuatan politik di luar kampus. Aktivis HMI seyogyanya dari dulu memiliki etos civitas academica ini. Kedepan, entah berapa tahun lagi, diharapkan posisi dan eksistensi STAIN Kerinci lebih kuat dan memiliki wibawa intelektual di Kerinci-Sungai Penuh ini. Bukan sebaliknya.
Yakin Usaha Sampai!!!
Yakinkan dengan iman
Usahakan dengan ilmu
Samapaikan dengan amal

By :

AKHIRMAN
(Mantan Ketua Umum HMI Cabang Kerinci Periode 2013-2014)

Dipostkan oleh:

Lembaga Pers Mahasiswa Islam
Himpunan Mahasiswa Islam
Cabang Kerinci
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | LAPMI HMI Kerinci
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2013. HMI Cabang Kerinci - All Rights Reserved
Published by Insan Cita